Friday, January 19, 2018

My First Skincare: Part 1

Halo semua! Akhirnya, setelah berminggu-minggu mengumpulkan niat—sebenarnya bukan mengumpulkan niat juga sih, karena niat menulisnya sudah lama, tetapi eksekusinya selalu tertunda tunda tunda dan tunda, lagi lagi lagi dan lagi. Ini adalah postingan pertama aku di tahun 2018.

Kali ini aku ingin sharing tentang pengalaman skincare pertama aku. Hehehe, yang pertama memang sering kali berkesan dan kesannya awet, terlepas apakah itu manis atau pahit. Eh. Yang sudah kenal aku tentu tahu betapa polosnya aku (baca: buluk), bahkan sampai sekarang, meskipun sudah mandi beratus kali pakai air Jakarta.

Aku berasal dari salah satu dusun di sudut tenggara Yogyakarta, yang semasa usia sekolah dan kuliahnya terlalu fokus belajar dan belajar, meskipun begitu belum pinter-pinter juga lho anaknya. Waktu itu, aku sama sekali nggak tetarik, malah enggan sama yang namanya bedak, lipstick dan sebangsanya. Paling pol aku pakai sabun muka, itu pun bisa dihitung jari. Alhasil, dapat terbanyangkan penampakan seorang aku, yang deskripsi singkatnya seperti ini: anak dusun, cupu, belum pinter-pinter, dan buluk. Hahaha. TAPI, Alhamdulillahnya adalah aku masih diberikan hidup, sehat dan normal.

Aku sempat bertekad untuk tidak memakai make up atau skincare atau sebangsanya, sok-sokan ingin natural gitu. TAPI HELL-O!, dunia keras bung, yang empuk kata-kata manismu. Makin ke sini aku sadar kalau aku tidak terlahir seperti Cleopatra atau Cinderela--yang satu dari kecil sudah well-maintained atau yang sudah dari oroknya terlahir cantik jelita meskipun harus cuci baju di sungai, yang meskipun polosan cakepnya tumpah-tumpah. Aku juga mulai sadar kalau di dunia ini ada yang namanya gap antara idealitas dan realitas. Kalau ada yang bilang kamu cakep kok hatinya, tolong jangan seneng dulu, tolong tanyakan gimana dia bisa lihat hatimu. Pastikan juga dia cenayang atau bukan. Hehehe

NAH, mulai dari itu aku mulai coba-coba. Niatnya sih ibadah. Hahaha. Pertama, biar orang yang ngelihat nyaman, nggak eneg sehingga tidak menghambat interaksi dan transaksi. Dua, membersihkan label anak dusun (anak daerah) yang sukanya dibilang cupu—padahal mah ya, banyak yang bening dan gaul abis lho. Kebetulan aja, ada yang sial ketemu yang macam aku ini. Ketiga, membantu ngurangin dosa orang karena keseringan ngehina hina aku. LOL

Perlahan-lahan, sangat pelan kaya siput jalan, aku mulai tergerak mengikuti kebiasaan baik teman-temanku yang secara konsisten memperhatikan estetika dan perawatan diri. INI SANGAT BERAT. BENERAN, AKU NGGAK BOHONG. Aku tanpa sengaja, memulainya dengan membeli lipstick. Hahaha. Pahitnya adalah aku sangat sering salah membeli lipstick, padahal waktu dicoba di counternya bagus. Kata revieu dibeberapa blog itu karena efek pencahayaan di counter kosmetik yang membuat lipstick jadi bagus dicoba. Aku mulai mempunyai beberapa lipstick, mulai dari lipbalm, lipstick biasa, lipstick yang matte, lip tint, sampai lip cream. Ya, saat itu aku mulai memakai lipstick dan mencoba pelembab wajah. Itu saja. Kenapa lipstick? Adalah karena cukup simple untuk dipakai dan dapat membantu memberi sedikit warna di wajah. Aku belum berani menggunakan foundation maupun bedak karena takut jerawatan, APALAGI ALIS.

Baiklah, ini dia pengalaman pertama aku …

Skincare
Meminjam istilah temanku, untuk skincare saat ini aku menggunakan produk dari Loreal, setelah sebelumnya mencoba berbagai produk lain. Aku sempat menggunakan produk dari Lariss* dan Natash*, namun aberhenti karena tidak cocok. Untuk produk yang pertama, facial foam dan krim paginya membuat mukaku berminyak, sedangkan krim malamnya sering terbawa tidur (padahal harusnya wajah dibilas setelah dua jam pemakaian). Untuk produk kedua, selain keluhan yang sama, adalah harga yang tidak cocok dikantong.Hehehe Nilai plus produk kedua adalah krim malam yang bisa dipakai tidur, tanpa perlu dibilas.

NAH, aku menggunakan empat jenis produk Loreal yaitu White Perfect Extra Ordinary Whip dan White Perfect Scrub untuk facial foam; Revitalift Day Cream untuk krim pagi dan White Perfect Night Cream untuk krim malam. Aku mencoba produk ini atas rekomendasi teman, namanya Dewila. Makasih yaa Wiii, ini cocok di aku.


Produk ini menjadi worth buat aku karena: 1) Cocok. Efeknya memang tidak signifikan, tetapi saat memakai facial foam wajah terasa enteng. FYI facial foamnya terasa light dan baunya soft banget. Krim pagi tidak memicu minyak berlebih saat dipakai, sedangkan krim malam dapat dipakai tanpa perlu dibilas saat tidur. 2) Masa kadaluarsa yang lebih lama (dalam hitungan tahun), berbeda dengan dua produk sebelumnya yang kadaluarsanya dalam hitungan bulan. Lebih ekonomis kan?; 3) Harga produk ini memang relatif sedikit lebih tinggi dibanding produk yang lain, tetapi sebelas dua belas dibanding dua produk klinik kecantikan yang sebelumnya pernah aku coba.

Aku belum sempat mengambil gambar untuk facial foam dari Loreal, tetapi di atas adalah gambar krim pagi dan krim malam yang aku pakai. Harga facial foamnya masing-masing lebih kurang 50k. Krim malam kalau tidak salah harganya sekitar 150k. Untuk krim pagi aku mengambil ukuran paling kecil karena baru coba-coba, sebab pada dasarnya aku tidak suka menggunakan krim pagi. Alhamdulillah sejauh ini cocok, harganya sekitar 75k.

NAMUN, sekali lagi, aku setuju dengan para beauty blogger atau beauty vlogger, bahwa skincare dan make up adalah cocok-cocokan, tergantung masing-masing orang. ADA hal yang aku pelajari saat membeli produk skincare atau pun make up, yaitu sebaiknya membaca revieu tentang produk tersebut sebanyak mungkin, untuk memastikan agar tidak salah beli. Aku yang sangat cupu tentang skincare dan make up, sangat terbantu dengan revieu-revieu tersebut. Terima kasih para blogger dan vlogger! Oleh karena itu, aku merasa perlu juga untuk membagi pengalaman aku yang masih cupu ini, semoga dapat bermanfaat suatu saat nanti entah bagi siapa. Hehehe

Sementara, sampai segini dulu, semoga aku dapat konsiten posting lagi yaaa. 
Have happy day, nice people :D

No comments: