Friday, December 13, 2013

Quote

Twenty years from now you will be more dissapointed by things that you didnt do than by the ones you did do.
So throw off the bowlines. Sail away from the safe harbor. Catch the trade wind in your sails.
Explore.
Dream.
Discover.
-Mark Twain

Thursday, November 28, 2013

Diam!


Diamlah djangan mengeluh, djangan mengaduh, djangan meratap. 
Mendoa, itulah jang kukendaki, mendoa belaka tiada putus-putusnya, moga-moga kami tetap seperti dahulu; periang dan pertjaja apa djuapun gerakan akan menimpa diri kami di kemudian hari! 
Djanganlah berputus asa, dan djanganlah menyesali untung, djanganlah hilang kepertjajaan hidup. Kesengsaraan itu membawa nikmat. 
Tidak ada jang terjdaji berlawanan dengan rasa kasih. 
Jang hari ini serasa kutuk, besoknja ternjata rahmat. 
Tjobaan itu adalah pendidikan Tuhan!

(Surat Kartini untuk Njonja Abendanon :4 Juli 1903)

I found it in the novel titled "Menebus Impian". Honestly, i am not in really interest with its story, but i find some interesting words there. Happy to share it :)

Wednesday, November 27, 2013

Pen, Paper, Poems and Pico

Pen and paper
I used it well when i was on junior high school
Writing many new things
Accomplising my ambition of always being the best in my class
Times was growing
Then i was in senior high school
Not only pen and paper, there are poems too
As people said that senior high school student was in trasition phase
They were so fragile, so was i
I didnt know how my peers pass it,  but i might different with many of them
I didnt have friend to tell to
My ma and pa were too tired to heard my story
My sist was still young to heard it
And i was too difficult for believing someone to kept my story
I prefer to kept it by my own
That wasnt easy during transition phase
Confusing and choosing turned over on my face
So, i just wrote it when i felt that were too heavy
Writing what i was thinking of
Some of my friends told me that i made a beatifitul poem, i had a talent for being a poet :3
Sometimes, i tried to send some of my poems to the news paper
And for the first time i sent it, i found my poem on a newspaper later
I thought i like it more

Times grows and grows
Now i am an university student
I am getting older, but to many things i am blind of
Too many things i am confused of
Too many reason, i am cried of
But, there are pen, paper, poems and pico by my side
All of it completed my life
Here, with pen and paper i write down my future
Poems draws well what i feel or what i think

Then Pico-- my little one netbook,  types and saves it well in its mind
Pico is It has been for years with me,
If it were a human, it knows me well
Pico is my best friend

I love it, as i love my pen, my paper and poems

Monday, November 25, 2013

Seonggok Jagung

Seonggok Jagung di Kamar
WS Rendra

Seonggok jagung di kamar
Dan seorang pemuda
Yang kurang sekolahan
Memandang jagung itu
Sang pemuda melihat lading
Ia melihat petani
Ia melihat panen
Dan suatu hari subuh
Para wanita dengan gendongan
Pergi ke pasar

Dan ia juga melihat
Suatu pagi hari
Di dekat sumur
Gadis-gadis bercanda
Sambil menumbuk jagung
Menjadi maisena

Sedang di dalam dapur
Tungku-tungku menyala
Di dalam udara murni
Tercium bau kue jagung

Seonggok jagung dikamar
Dan seorang pemuda
Ia siap menggarap jagung
Ia melihat menggarap jagung
Ia melihat kemungkinan
Otak dan tangan 
Siap bekerja

Tetapi ini :
Seonggok jagung dikamar
Dan seorang pemuda tamat S.L.A
Tak ada uang, tak bisa jadi mahasiswa
Hanya ada seonggok jagung dikamarnya
Ia memandang jagung itu
Dan ia melihat dirinya terlunta-lunta

Ia melihat dirinya ditendang dari discotheque
Ia melihat sepasang sepatu kenes 
di balik etalase
Ia melihat sainganya naik sepeda motor
Ia melihat nomer-nomer lotere
Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal
Seonggok jagung ia di kamar
Tidak menyangkut pada akal
Tidak akan menolongnya

Seonggok jagung dikamar
Tak akan menolong seorang pemuda
Yang pandangan hidupnya berasal dari buku
Dan tidak dari kehidupan
Yang tidak terlatih dalam metode
Dan hanya penuh hafalan kesimpulan
Yang hanya terlatih sebagai pemakai
Tatapi kurang latihan bebas berkarya
Pendidikan telah memisahkanya dari kehidupanya

Aku bertanya :
Apakah gunanya pendidikan
Bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
Di tengah kenyataan persoalanya??

Apakah gunanya pendidikan
Bila hanya mendorong seseorang
Menjadi layang-layang di ibukota
Kikuk pulang ke daerahnya??
Apakah gunanya seseorang
Belajar filsafat,teknologi,ilmu kedokteran,atau apa saja.
Ketika ia pulang ke daerahnya,lalu berkata :
“disini aku merasa asing dan sepi


Education makes him away from his life. So, tragic.
Sometimes, there are some exceptions in this life. There are some unusual results called outlier, while the others are usual. WS Rendra beautifully makes a painful expression of being an outlier, that is when someone fail with his education. He feels he is a stranger and lonely. Poor him.
Although he may makes some mistakes, but that’s not his fault at all. He has his fate, that he should be failed. That is not his fault. But he should not, cannt doing anything. So what to do? First, he should accept his fate patiently, cause life never gives any peace, if we dont make it peace by ourself. Second, that would be wise for someone to learn from his life—his environment where he is lived. Books are the window of the world, but without look the world by ourself we just can look the world from the window but never feel it, world isnt ours.
“Him” may refers to me, her, them, dan us. Dont makes yourself alone cause of your education. Knowing where you are, then try to adapt, but dont lose yourself J
Honestly, thanks to my english lecturer, for making me read this poem. I bet you dont realize that you have answered my one big long time question. Yeah, i live in the not well-educated society. On the same times i live in a very good-educated society too. The first society is the environment where my family are stayed—my village and the second society is my univercity where i am studied. It is hard for me to stay in the two different world with its different air. I am not a frog which can live in the water or on the ground. Someone in my village critized me,” that was in the village not in your campus, dont made it the same!”. In campus, i was not good at all. Confusing what to do, why my friends were brave and i was not, why my friends can did and i did not. Here, in the campus, i was like a villager. Poor me!


Times is growing, so do i. Life makes me learns hardly by myself. Slowly i am undestand what to do with my fate. Now i can live in my two different world peacefuly. I hope i can bring a brightness from my second world for my first world. By read this poem, finally i can make a conclusion from what i ask for before. Thanks mister! 

Friday, November 22, 2013

Cite


"When you have one eye on the goal, you only have one eye on the path", said the Master on Erica Goldson graduation speech

Tuesday, June 18, 2013

Hujan yang indah dan mendung



17/06/13/14:44/Lt.2

Hari ini mendung, dan kemudian hujan
Aku duduk di kursi
Rintik hujan berderai dengan riangnya
Mendendangkan khas melodinya
Seraya menjatuhkan diri
Sesekali, dua kali dan beberapa kali orang berlalu di bawah sana
Dengan berbagai atributnya mencoba melindungi diri
Rintik air, si kecil yang nakal
Aku tersenyum dalam hati, aku sadar baru menyadari kenakalan hujan
Sebenarnya bukan hujan, tapi rintik air yang secara serempak bersama memnghujam tanah
Hujan di Bulan Juni
Hari ini semuanya tampak indah dan sempurna
Namun, entah hati ini tidak melihat hal yang sama
Dan padahal aku telah melihatnya dengan empat mataku

Monday, June 17, 2013

Apa kabar hati?


Kau murung kelihatannya
Oh tidak, maksudku aku hanya menebak dari wajah di cermin itu
Apa yang kau pikirkan?
Oh salah, maksudku apa yang kamu rasakan?
Begini saja, apa yang mengganggumu?
Kau tak tahu?
Kau rindu bertemu pemilikmu?
Maafkan aku
Raga ini belum mampu menjagamu
Hingga mungkin kau begitu keras, kedinginan
Atau terlalu panas, hingga kau perlahan bengkah
Aku tak pernah melihatmu
Apakah kau seperti karang cadas di samudra sana?
Kau keras tapi terkikis sana sini, mencoba acuh tapi menyedihkan
Maafkan aku..
Raga ini pun telah berupaya menghantarmu bersua pemilikmu
Kau tak merasakan pertemuan itu?
Hati, melunaklah, menghangatlah,
rasakan kehadiran-Nya, hawa-Nya yang mungkin masuk lewat rongga lukamu
Sesaat seolah membakar lukamu, tapi mungkin itulah obat bagi luka itu
Hati bagialah..
Bila kau berasa tiada Dia, hadirkanlah
Buatlah raga ini selalu melukiskan sebentuk senyum
Selalu, tidak hanya di cermin itu

Wednesday, January 30, 2013

Kupandang Langit

Kupandang langit penuh bintang bertaburan
berkelap-kelip seumpama intan berlian
tampak sebuah lebih terang cahayanya
itulah bintangku bintang kejora yang indah selalu

Satu lagu dari sekian lagu yang diajarkan padaku, dulu, di masa kecilku, saat aku duduk di taman kanak-kanak.
Tentu saja oleh ibuku.
Aku ingat betul waktu itu aku menjadi anak pertama yang bisa menyanyikan lagu itu di kelas, dan kelompokku mendapat nilai terbagus karena suaranya paling banter dan lancarr.
Aku lupa bagaimana rasanya, tapi waktu itu aku ingat aku bangga waktu itu.
Ibuku bukan siapa-siapa, hanya wanita desa tetapi berbeda dengan yang lainnya. Ibuku adalah wanita terkuat, teguh, dan baru ku sadari adalah memperlakukanku dengan sangat istimewa.
Di rumah tidak banyak VCD-eh, maksudku kaset anak-anak, yang aku ingat cuma ada kaset Si Komo (dan Kak Seto), tetapi aku bisa banyak lagu anak-anak dan lagu nasional. Dulu, setiap malam ibu, bapak dan adek berkumpul di ruang wetan--begitulah kami sekeluarga menyebut ruang keluarga sekaligus ruang tamu. Kemudian ibu mengajariku bernyanyi, sesekali bapak--tapi kalau bapak yang mengajri menyanyi ibu sering membenarkan. Satu-satu aku sayang Ibu, tik-tik bunyi hujan, lihat kebunku, kupandang langit, pada hari Minggu ku turut ayah ke kota,..., but the most memorable song is "kupandang langit"
Yah, tidak mungkin hanya satu bintang di langit, semuanya indah, tetapi tidak bisa kita memiliki semua dan selamanya. Tetapi ada satu bintang yang mash bisa kita akui, satu bintang yang menerangi langkah kaki, itulah bintangku, bintang kejora yag indah selalu. Dan, bintang kejora itu adalah ibuku, mamakku.
Ketika aku menyempatkan diri memperhatikannya, aku tahu bahwa dia bersinar paling terang untuk menerangiku. Begitu juga waktu siang, tetap saja bersinar walaupun aku tak pernah menyadarinya, karena dia kalah terang oleh matahari.

23:28
30:01:13