Halo semua! Akhirnya, setelah berminggu-minggu
mengumpulkan niat—sebenarnya bukan mengumpulkan niat juga sih, karena niat
menulisnya sudah lama, tetapi eksekusinya selalu tertunda tunda tunda dan
tunda, lagi lagi lagi dan lagi. Ini adalah postingan pertama aku di tahun 2018.
Kali ini aku ingin sharing tentang pengalaman skincare
pertama aku. Hehehe, yang pertama memang sering kali berkesan dan kesannya
awet, terlepas apakah itu manis atau pahit. Eh. Yang sudah kenal aku tentu tahu
betapa polosnya aku (baca: buluk), bahkan sampai sekarang, meskipun sudah mandi
beratus kali pakai air Jakarta.
Aku berasal dari salah satu dusun di sudut
tenggara Yogyakarta, yang semasa usia sekolah dan kuliahnya terlalu fokus belajar
dan belajar, meskipun begitu belum pinter-pinter juga lho anaknya. Waktu itu,
aku sama sekali nggak tetarik, malah enggan sama yang namanya bedak, lipstick dan
sebangsanya. Paling pol aku pakai sabun muka, itu pun bisa dihitung jari. Alhasil,
dapat terbanyangkan penampakan seorang aku, yang deskripsi singkatnya seperti
ini: anak dusun, cupu, belum pinter-pinter, dan buluk. Hahaha. TAPI, Alhamdulillahnya
adalah aku masih diberikan hidup, sehat dan normal.
Aku sempat bertekad untuk tidak memakai make up atau skincare atau sebangsanya, sok-sokan
ingin natural gitu. TAPI HELL-O!, dunia keras bung, yang empuk kata-kata
manismu. Makin ke sini aku sadar kalau aku tidak terlahir seperti Cleopatra
atau Cinderela--yang satu dari kecil sudah well-maintained
atau yang sudah dari oroknya terlahir cantik jelita meskipun harus cuci baju di
sungai, yang meskipun polosan cakepnya tumpah-tumpah. Aku juga mulai sadar kalau
di dunia ini ada yang namanya gap antara
idealitas dan realitas. Kalau ada yang bilang kamu cakep kok hatinya, tolong
jangan seneng dulu, tolong tanyakan gimana dia bisa lihat hatimu. Pastikan juga
dia cenayang atau bukan. Hehehe
NAH, mulai dari itu aku mulai coba-coba.
Niatnya sih ibadah. Hahaha. Pertama, biar orang yang ngelihat nyaman, nggak eneg sehingga tidak menghambat interaksi
dan transaksi. Dua, membersihkan label anak dusun (anak daerah) yang sukanya
dibilang cupu—padahal mah ya, banyak yang bening dan gaul abis lho. Kebetulan
aja, ada yang sial ketemu yang macam aku ini. Ketiga, membantu ngurangin dosa
orang karena keseringan ngehina hina aku. LOL
Perlahan-lahan, sangat pelan kaya siput jalan,
aku mulai tergerak mengikuti kebiasaan baik teman-temanku yang secara konsisten
memperhatikan estetika dan perawatan diri. INI SANGAT BERAT. BENERAN, AKU NGGAK
BOHONG. Aku tanpa sengaja, memulainya dengan membeli lipstick. Hahaha. Pahitnya
adalah aku sangat sering salah membeli lipstick, padahal waktu dicoba di
counternya bagus. Kata revieu dibeberapa blog itu karena efek pencahayaan di
counter kosmetik yang membuat lipstick jadi bagus dicoba. Aku mulai mempunyai
beberapa lipstick, mulai dari lipbalm, lipstick biasa, lipstick yang matte, lip
tint, sampai lip cream. Ya, saat itu aku mulai memakai lipstick dan mencoba pelembab
wajah. Itu saja. Kenapa lipstick? Adalah karena cukup simple untuk dipakai dan
dapat membantu memberi sedikit warna di wajah. Aku belum berani menggunakan
foundation maupun bedak karena takut jerawatan, APALAGI ALIS.
Baiklah, ini dia pengalaman pertama aku …
Skincare
Meminjam istilah temanku, untuk skincare saat
ini aku menggunakan produk dari Loreal, setelah sebelumnya mencoba berbagai
produk lain. Aku sempat menggunakan produk dari Lariss* dan Natash*, namun aberhenti
karena tidak cocok. Untuk produk yang pertama, facial foam dan krim paginya
membuat mukaku berminyak, sedangkan krim malamnya sering terbawa tidur (padahal
harusnya wajah dibilas setelah dua jam pemakaian). Untuk produk kedua, selain
keluhan yang sama, adalah harga yang tidak cocok dikantong.Hehehe Nilai plus
produk kedua adalah krim malam yang bisa dipakai tidur, tanpa perlu dibilas.
NAH, aku menggunakan empat jenis produk Loreal
yaitu White Perfect Extra Ordinary Whip dan White Perfect Scrub untuk facial
foam; Revitalift Day Cream untuk krim pagi dan White Perfect Night Cream untuk
krim malam. Aku mencoba produk ini atas rekomendasi teman, namanya Dewila.
Makasih yaa Wiii, ini cocok di aku.
Produk ini menjadi worth buat aku karena: 1) Cocok.
Efeknya memang tidak signifikan, tetapi saat memakai facial foam wajah terasa
enteng. FYI facial foamnya terasa light dan baunya soft banget. Krim pagi tidak memicu
minyak berlebih saat dipakai, sedangkan krim malam dapat dipakai tanpa perlu
dibilas saat tidur. 2) Masa kadaluarsa yang lebih lama (dalam hitungan tahun),
berbeda dengan dua produk sebelumnya yang kadaluarsanya dalam hitungan bulan. Lebih
ekonomis kan?; 3) Harga produk ini memang relatif sedikit lebih tinggi dibanding
produk yang lain, tetapi sebelas dua belas dibanding dua produk klinik
kecantikan yang sebelumnya pernah aku coba.
NAMUN, sekali lagi, aku setuju dengan para
beauty blogger atau beauty vlogger, bahwa skincare dan make up adalah
cocok-cocokan, tergantung masing-masing orang. ADA hal yang aku pelajari saat
membeli produk skincare atau pun make up, yaitu sebaiknya membaca revieu
tentang produk tersebut sebanyak mungkin, untuk memastikan agar tidak salah
beli. Aku yang sangat cupu tentang skincare dan make up, sangat terbantu dengan
revieu-revieu tersebut. Terima kasih para blogger dan vlogger! Oleh karena itu,
aku merasa perlu juga untuk membagi pengalaman aku yang masih cupu ini, semoga
dapat bermanfaat suatu saat nanti entah bagi siapa. Hehehe
Sementara, sampai segini dulu, semoga aku dapat
konsiten posting lagi yaaa.
Have happy day, nice people :D
Have happy day, nice people :D
No comments:
Post a Comment