Penulis:
Dewi Nur Aisyah
Penerbit:
Imprint Penerbit Serambi
Sungguh Allah
memberikan kebahagiaan melalui banyak jalan. Melalui banyak kisah (halaman 149).
Mendengarkan dan membaca kisah hidup orang
lain, ternyata membuat mata hati terbuka lebih lebar dalam melihat, memahami,
menjalani dan memaknai kehidupan. Semakin banyak cerita yang disimak, semakin menjelaskan
bahwa hidup tidak lain kecuali untuk disyukuri,
terlebih dengan nikmat iman dan Islam.
Dua kata dan dua frasa untuk buku ini, luar biasa dan sangat bermanfaat!
Aku yakin tulisan dalam buku ini, muncul dari
sosok yang cerdas, tegas, kuat tetapi lembut penuh kasih sayang. Buku ini bisa
menjadi teman, yang membagi hal-hal penting dalam kehidupan, dan mengingatkan ketika
lupa karena disibukan oleh banyak hal. Secara garis besar, menceritakan tentang
personal branding seorang muslimah,
yang salah satunya adalah untuk berprestasi (menginspirasi) dalam konteks luas.
Seorang muslimah harus mempunyai cita-cita setinggi mungkin, menyusun rencana, dan
menentukan waktu kapan berbagai rencana tersebut harus segera tereksekusi
sebagai bagian dari ikhtiar. Juga dijelaskan, bagaimana ketika ikhtiar belum
bertemu dengan takdir, yang orang pada umumnya menyebutnya dengan kegagalan.
“Adalah
masa ketika kita terjatuh perih, tergores luka, menyisakan perih dalam dada.
Sat kita begitu kecang berlari dan terpaksa harus berhenti karena tersandung
kerikil-kerikil ujian dan duri.” (halaman 122)
“Adalah
masa ketika kita merasakan begitu beratnya menanggung letih perjuangan, terseok
berjalan dalam panjang tapak kehidupan. Tertatih melangkah dan terus bertahan.
Seakan hati kecil menanyakan, “kapankah ini semua harus berakhir dan
terbayarkan?” (halaman 122)
“Adalah
masa ketika doa dan permintaan kita tidak dikabulkan. Guratan kekecewaan
seketika datang menelisip ke dalam kalbu yang perih menahan tangis. Terasa
begitu pedih dan enggan untuk menengok kembali. Seakan cahaya dunia telah redup
berdasarkan terkuburnya cita dan asa.” (halaman 122)
Bahasan pada bagian itu, nyes banget, mengena di
hati. Siapa sih yang tidak sedih dengan kegagalan, ketika yang diharapkan belum
sesuai dengan keinginan. Bukan hal yang mudah agar dapat sabar, tetap yakin
kepada Allah, dan optimis. Kak Dewina, izin kutip ya.
“Sungguh
hanya Dia yang mampu memahami perihnya luka, pedihnya rasa, dan munajat khusyuk
doa-doa. Allahu Qawwiy, kuatkan ya
Rabb..kuatkan hati ini tatkala penantian akan pertolongan-Mu menyisipkan ragu
dalam diri.” (halaman 123-124)
Kegagalan ternyata adalah cara Allah memberi
tahu bahwa manusia sejatinya lemah dan kecil, tanpa Allah yang memberi kekuatan
dan pertolongan. Kegagalan jelas menjelaskan bahwa Allah tidak membutuhkan
manusia, tapi manusia-lah yang membutuhkan Allah.
Dalam buku tersebut dituliskan kisah salah
seorang teman penulis, sebagai berikut. “Selama
ini, saya menganggap bahwa jika kamu mau hasil terbaik maka berikhtiarlah yang
terbaik. Hal itu menjadikan saya bertanya-tanya jika saya telah merasa
melakukan yang terbaik dan tidak mendapatkan yang terbaik maka saya menggugat
keadilan-Nya dan arogan bertanya alasannya. Padahal, bukankah itu hak prerogative
Allah SWT yang menentukan apa pun yang Dia mau.” (halaman 146)
“Tersebutlah
seorang hamba yang terkejut melihat gunungan amalnya, merasa tak memiliki amal
shalilh sebanyak itu selama hidupnya, bertanyalah si hamba,” Ya Allah, amal
sholeh yang mana yang menciptakan gunungan pahala setinggi itu?” Terjawablah
tanyanya,” Sesungguhnya itu adalah
pahala hasil doamu yang tidak Aku kabulkan.” Si Hamba masih ternganga dan
berkata,” jika begitu, aku sungguh berharap tak ada doaku yang Kau kabulkan.”
(halaman 147)
Dalam buku ini juga dijelaskan bagaimana
mendekatkan diri kepada Allah dan juga cara mengelola hati. Satu lagi, dalam
buku ini terdapat panduan dan simulasi untuk menyusun rencana (target-target)
hidup, dari tahunan sampai harian.
Terakhir, mengutip dengan perubahan: kehadiran
muslimah menjadi penyejuk bagi dunia, saat iman menjadi muara jiwa, takwa
menjadi pakaian dan salihah menjadi penghias akhlak.
Sekarang aku menjadi berkesimpulan bahwa, cita-cita terbaik seorang wanita adalah
menjadi shalihah.
No comments:
Post a Comment