Puzzle diciptakan dengan motif tertentu, entah itu berupa gambar,
tulisan maupun abstrak. Sengaja, kemudian puzzle didistraksi menjadi beberapa
bagian, bahkan menjadi banyak bagian tak
terhingga, tergantung preferensi pencipta puzzle tersebut.
Sesuai kodrat penciptaannya, puzzle yang awalnya utuh diacak dan disebar
komponen-komponennya. Saat proses tersebut berlangsung, banyak variable
exogenous yang menimbulkan shock, sehingga ada potongan puzzle yang terbang
terbawa angin, hanyut terbawa air, sobek teriris pisau dan mungkin hangus terbakar api. Tidak
terbanyangkan, puzzle yang tercipta utuh bahkan hampir kehilangan semua bagian
dari dirinya.
Hanya ada dua sikap, apakah akan mendiamkan puzzle tersebut ataukah
menyusun dan melengkapinya kembali.
Ketika terus mencoba dicari, disusun dan dilengkapi puzzle tersebut,
perlahan, tapi pasti akan lengkap. Entah dengan kondisi potongan puzzle yang
basah, kotor, hitam setengah terbakar, sobek dengan tambalan ataupun dengan
imitasi atau potongan puzzle baru.
Dan itu menciptakan utilitas tersendiri bagi pemilik puzzle. Terlebih pemilik puzzle mampu menelaah esensi motif puzzlenya, walaupun tak jarang
juga yang tak mengerti.
Puzzle tanpa dicari, disusun dan dilengkapi dengan potongan-potongannya
yang hilang bukanlah puzzle.
I think everyone has a puzzle, cause live is most likely a puzzle. It
was nothing at the first time, but then it will be something if people willing
to search, arrange and make it complete. Yeah, that’s the hard part in someone
live, even along time of life.
Several days ago, I’ve begun to find some of it,I got it, that were really mean to me.
So, how about your puzzle? Have you complete it?
No comments:
Post a Comment