Disaat aku menagis kaulah yang paling teriris
Tatkala buah hatimu terluka engkaulah yang paling merana
Diwaktu ku merajuk nakal, hatimu tak henti merintih kenapa kau
menurutiku
Jikalalu ada yang harus bertukar nyawa, kaulah yang pertama bersedia
Bila ada yang mengeringkan air
mata untuk meluliskan sebentuk senyumku
adalah juga kau
Kau yang pertama dan kau satu berkata akulah segalanya
Dikala semua mencerca aku tak
berguna bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa
Hanya kau satu yang selalu tulus memaafkan aku dengan terus berulang dan
bergantinya salahku
Kau yang pertama
Mengulurkan lembut tanganmu untuk aku yang kotor hampir tertelan lumpur
hisab
Merelakan bahumu untuk aku berpijak keluar dari lubang yang gelap
Meski kau sendiri, meski kau tak kan pernah bisa keluar
Bak kau pun akan melepas bajumu agar aku tetap tidur hangat dalam badai
salju
Walau kau, bahkan kau akan kaku membeku
Demi kau bisa mendengar dengkur nyenyak tidurku
Demi memandang damai wajahku yang
lelap
Dalam hati kau menduga aku bermimpi bahagia
Saat itu pun doa mengalir darimu agar aku bisa menggapai bintangku
Lalu ku tunjukkan bintangku padamu dan kegirangan aku berteriak,”Bunda,
aku dapatkan bintangku!”
Dan kau bahagia, cukup dengan melihat aku membawa bintang itu bahkan
tanpa memberimu sedikit pun hangat sinarnya,
Meski saat itu kau benar-benar berharap ada hangat yang menghilangkan
dinginmu
Tapi itu tak mengurangi rasa bahagiamu
Yah, kau selau yang pertama dan paling bahagia melihat aku melonjak
gembira
Walau saat itu kau terlupa
Namun kau selalu tetap menjadi yang pertama untukku ibunda
Bunda yang tak terbanding tak kan pula terganti
Kau selalu dan selalu yang pertama bundaku
No comments:
Post a Comment