Wednesday, January 30, 2013

Kupandang Langit

Kupandang langit penuh bintang bertaburan
berkelap-kelip seumpama intan berlian
tampak sebuah lebih terang cahayanya
itulah bintangku bintang kejora yang indah selalu

Satu lagu dari sekian lagu yang diajarkan padaku, dulu, di masa kecilku, saat aku duduk di taman kanak-kanak.
Tentu saja oleh ibuku.
Aku ingat betul waktu itu aku menjadi anak pertama yang bisa menyanyikan lagu itu di kelas, dan kelompokku mendapat nilai terbagus karena suaranya paling banter dan lancarr.
Aku lupa bagaimana rasanya, tapi waktu itu aku ingat aku bangga waktu itu.
Ibuku bukan siapa-siapa, hanya wanita desa tetapi berbeda dengan yang lainnya. Ibuku adalah wanita terkuat, teguh, dan baru ku sadari adalah memperlakukanku dengan sangat istimewa.
Di rumah tidak banyak VCD-eh, maksudku kaset anak-anak, yang aku ingat cuma ada kaset Si Komo (dan Kak Seto), tetapi aku bisa banyak lagu anak-anak dan lagu nasional. Dulu, setiap malam ibu, bapak dan adek berkumpul di ruang wetan--begitulah kami sekeluarga menyebut ruang keluarga sekaligus ruang tamu. Kemudian ibu mengajariku bernyanyi, sesekali bapak--tapi kalau bapak yang mengajri menyanyi ibu sering membenarkan. Satu-satu aku sayang Ibu, tik-tik bunyi hujan, lihat kebunku, kupandang langit, pada hari Minggu ku turut ayah ke kota,..., but the most memorable song is "kupandang langit"
Yah, tidak mungkin hanya satu bintang di langit, semuanya indah, tetapi tidak bisa kita memiliki semua dan selamanya. Tetapi ada satu bintang yang mash bisa kita akui, satu bintang yang menerangi langkah kaki, itulah bintangku, bintang kejora yag indah selalu. Dan, bintang kejora itu adalah ibuku, mamakku.
Ketika aku menyempatkan diri memperhatikannya, aku tahu bahwa dia bersinar paling terang untuk menerangiku. Begitu juga waktu siang, tetap saja bersinar walaupun aku tak pernah menyadarinya, karena dia kalah terang oleh matahari.

23:28
30:01:13