Friday, May 11, 2012

Aku Ingin Bintangku


Kulihat dia, satu dari tak berhingga
Dia tak mempesona, tidak sempurna
Namun berbeda, begitu bercahaya
Tinggi nun jauh di atas dia berada

Ku tunjuk dia dan berkata,"ibu dia bintangku"
"Ibu kapan aku bisa menggenggamnya?"
Ibuku tersenyum
"Aku ingin bintang itu kusimpan untukku"
Lembut ibuku bertanya,"untuk apa nak?"
"Aku ingin dekat dan disinari bintangku"

"Nak, pernah dengar bintang jatuh?"
"Ibu, tapi itu bukan berarti aku ..."

"Nak, sebuah bintang adalah untuk memberikan sinarnya
Menuntun orang di bawahnya dalam terangnya
Jika ingin kau miliki, milikilah cahayanya -- sinarnya
Hingga kamu bisa terang sepertinya
Mendampinginya bersinar
Memberinya bahkan sedikit redup sinarmu saat dia gelap"

"Bukankah dengan begitu kamu akan dekat dengan bintangmu?"

Wednesday, May 9, 2012

Puzzle


Puzzle diciptakan dengan motif tertentu, entah itu berupa gambar, tulisan maupun abstrak. Sengaja, kemudian puzzle didistraksi menjadi beberapa bagian,  bahkan menjadi banyak bagian tak terhingga, tergantung preferensi pencipta puzzle tersebut.

Sesuai kodrat penciptaannya, puzzle yang awalnya utuh diacak dan disebar komponen-komponennya. Saat proses tersebut berlangsung, banyak variable exogenous yang menimbulkan shock, sehingga ada potongan puzzle yang terbang terbawa angin, hanyut terbawa air, sobek teriris  pisau dan mungkin hangus terbakar api. Tidak terbanyangkan, puzzle yang tercipta utuh bahkan hampir kehilangan semua bagian dari dirinya.

Hanya ada dua sikap, apakah akan mendiamkan puzzle tersebut ataukah menyusun dan melengkapinya kembali.

Ketika terus mencoba dicari, disusun dan dilengkapi puzzle tersebut, perlahan, tapi pasti akan lengkap. Entah dengan kondisi potongan puzzle yang basah, kotor, hitam setengah terbakar, sobek dengan tambalan ataupun dengan imitasi atau potongan puzzle baru.

Dan itu menciptakan utilitas tersendiri bagi pemilik puzzle.  Terlebih pemilik puzzle mampu menelaah  esensi motif puzzlenya, walaupun tak jarang juga yang tak mengerti.

Puzzle tanpa dicari, disusun dan dilengkapi dengan potongan-potongannya yang hilang bukanlah puzzle.
I think everyone has a puzzle, cause live is most likely a puzzle. It was nothing at the first time, but then it will be something if people willing to search, arrange and make it complete. Yeah, that’s the hard part in someone live, even along time of life.

Several days ago, I’ve begun to find some of it,I got it,  that were really mean to me.


So, how about your puzzle? Have you complete it?

Monday, May 7, 2012

Dialog


Maaf, karena diriku hidup kalian jadi begini. Keberadaanku membawa mendung yang senantiasa memayungi hidup kalian.

Begitukah menurutmu, Nak? Andaikata itu memang benar, ibu hanya berharap. Kau adalah mendung yang memayungi diri kami saat terik matahari menyengat kulit dan menjelma menjadi titik air yang memberi kami kesejukan, kedamaian dan penghidupan. Kau tau sendiri, air adalah sumber kehidupan.

Lalu bagaimana kalau aku adalah kegelapan?
Maka ibu akan mensucikanmu dan menjadikanmu cahaya paling terang yang tidak menyilaukan. Apa pun dirimu, kau adalah anugerah bagi ibu. Lalu bagaimana jika ibu ini adalah debu. Lemah, selalu terbawa angin, hina dan tidak bias membimbingmu?

Maka bergantunglah padaku, cengkeramlah pundakku kuat-kuat agar ibu tetap bertahan di sini bersamaku.Hina? bagiku ibu sama sekali tidak hina. Ibu dengan ikhlas mempertaruhkan nyawa untuk melahirkanku. Sepenuh jiwa menghidupiku dan sepenuh hati menyayangiku.Kau mencintaiku tanpa syarat. Kau membimbingku tanpa letih.

Begitukah?

Tentu saja. Semua yang ibu berikan padaku sudah lebih dari cukup. Ibu, bolehkan aku bertanya padamu…Apakah aku beban bagimu..Apakah terlalu berat membesarkanku?
Kau adalah anugerah bagi ibu. Memang berat membesarkanmu, tapi itulah takdir ibu.
Apa boleh, kalau aku pergi saja dari hidup ibu? Bisakah ibu menghapusku dari ingatan ibu? Membuang dan menguburku dan mengarungi lautan kehidupan  tanpaku.

Mengapa kau berbicara seperti itu? Ibu ingin memberikan segalanya yang kau mau. Termasuk meninggalkan ibu. Tapi, kau terlanjur melekat di hati ibu. Jika ibu melupakanmu, membuangmu, maka ibu tidak akan bisa berjalan tegak, bahkan ibu bisa mati karena kehilangan bayangmu. Kaulah nyawa ibu. Kita terikat, jika talinya terputus, maka kita akan sama-sama terluka. Kau tak berpikir untuk melukai ibu kan?

Tentu saja tidak..


Kalau begitu, peluklah ibu. Teruslah bersama ibu. Maka ibu berjanji akan terus berbahagia. Asal denganmu, mengarungi lautan duri pun tak mengapa.